A man is a success,
if he gets up in the morning,
and gets to bed at night,
and in between...
he does what he wants to do.
Bob Dylan.

a bunch of this and that

September 23, 2007

kelanjutan perjalanan

Euphoria The Cure mulai melanda saat saya menginjakkan kaki di bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Walaupun saat itu terbilang masih subuh, hati ini berdegup kencang rasanya. Tidak sabar ingin segera bernyanyi bersama Robert Smith.

Sial! Pesawat ke Batam yang akan saya tumpangi ternyata di delay. Maklum, namanya juga maskapai penerbangan yang katanya low fare. Jadi hal seperti delay sudah jadi santapan pembuka. Yah, apa boleh buat. Terpaksa harus menunggu selama 2 jam di ruang tunggu yang disediakan.

Merasa mati gaya, saya pun membeli kopi. Berharap bisa memberikan efek positif kepada mata saya. Apa daya, kantuk yang sudah terlanjur melanda, tidak bisa dibunuh dengan segelas kafein, yang kebetulan kadarnya tidak sesuai dengan harga yang harus ditebus.
Teman saya (yang sepertinya juga dilanda penyakit mati gaya), mencoba menghibur dirinya dengan menyalakan iPod. Ini menggugah saya untuk bertanya, apa lagu yang sedang didengarkannya.

“The Cure lah nyet! Apa lagi coba?” ujarnya lantang.

Ow! Ternyata euphoria itu bukan hanya melanda saya seorang. Teman saya juga ikut terdistorsi otaknya, dengan sosok seorang Robert Smith. Hm, rasanya asik juga menunggu pesawat sialan itu, sambil ditemani lagu Doing The Unstuck-nya The Cure, ujar saya dalam hati. Maka, bisa ditebak. Saya juga ikut-ikutan menyalakan ipod saya, yang kebetulan earphone-nya mati sebelah kala itu.

Sekitar 2 jam sudah berlalu, dan kopi tanpa rasa yang saya beli belum juga habis. Kesal yang sedari tadi sudah bergejolak, rasanya sudah hampir mencapai batasnya. Beruntung, panggilan dari petugas sudah berbunyi. Itu menandakan bahwa saya dan segenap penumpang bisa segera menaiki pesawat.
Bergegas lah saya dan teman berdiri dari tempat duduk yang sama sekali tidak terasa nyaman. Keras banget! Sesampainya di dalam pesawat, hanya satu hal yang terpikirkan dibenak saya, tidur!!!

Karena saya dan teman sepakat untuk mengambil rute Jakarta-Batam-Singapore (tentunya gara-gara pertimbangan biaya), maka saya masih harus menaiki kapal feri yang menyebrangkan saya dari Batam ke Singapore.
Ada satu hal yang membuat saya sedikit terperangah. Saat menaiki jasa kapal feri berlabel Batam Fast, tiba-tiba ada seorang cewek yang menegur saya dan teman saya.

“Mau nonton The Cure juga ya?” tanyanya tiba-tiba.

Saya yang merasa kaget, tidak bisa segera menjawab. Untungnya teman saya segera menjawab, dan mengiyakan pertanyaan si cewek. Maka dimulailah percakapan antara saya, teman saya, dan si cewek. Berhubung saya adalah pengidap mabuk laut akut, maka saya memutuskan untuk tidur. Tentunya setelah meminta izin kepada teman saya, dan si cewek.
Dengan mengambil rute penyebrangan Batam-Singapore, saya dan teman pun tiba di pelabuhan Harbour Front. Sebelum sampai di Harbour Front, si cewek mengatakan sebuah kalimat yang cukup membuat penasaran.

“Harbour Front sama bandara Soekarno Hatta itu, kalo dibandingin masih bagusan Harbour Front kemana-mana!” ujarnya.

Saya yang baru kali itu ke Singapore melewati Harbour Front, mengernyitkan dahi. Masa sih bagusan pelabuhan daripada bandara? Ujar saya dalam hati. Yah, kita buktikan aja nanti.
Ternyata, apa yang dikatakan cewek itu benar seada-adanya! Lebih bagus, lebih rapih, lebih terawat, dan lebih mewah Harbour Front daripada bandara Soekarno Hatta! Tapi, masih lebih besar bandara kesayangan kita itu sih.

Setelah melalui proses imigrasi, saya pun mampir di Duty Free Shop. Soalnya saya teringat titipan dari saudara saya (yang akan saya repotkan selama saya berada di Singapore). Yaitu, sebotol alkohol, yang tentunya akan mewarnai hidup kami selama disana. Hahaha!
Dengan sedikit kebingungan, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil sebotol Absolut Raspberry. Keputusan itu saya ambil setelah memutari seisi toko selama kurang lebih 15 menit. Maklum, bingung memilih “teman” bersenang-senang.
Segera setelah membayar di kasir (tentunya sang kasir melayani saya dengan Singlish-nya yang aduhai), saya, teman saya, dan si cewek berjalan keluar, dan menghampiri saudara saya yang sudah menunggu.
Memang dasar dunia itu sempit. Ternyata si cewek dan saudara sudah saling kenal! Dimana? Mereka adalah junior dan senior saat SMP dulu. Sial! Kenap orang-orangnya itu-itu aja sih?
Ya sudahlah. Yang penting saya sudah sampai di Singapore. Dan sudah siap untuk menghadapi momen besar dalam hidup saya. Dengan degup jantung yang makin kencang, saya melangkahkan kaki ke stasiun MRT, dan mengucapkan,

“The Cure, here I come!”

Tidak ada komentar: