A man is a success,
if he gets up in the morning,
and gets to bed at night,
and in between...
he does what he wants to do.
Bob Dylan.

a bunch of this and that

Maret 12, 2008

D-Day part 2

Day 2. It’s the D-Day. This is it. This is the time. This is the moment I’ve been waiting for. Robert Smith and friends are gonna rocking my night, my mind, my heart, my brain, my feeling, all I have in me.

A NIGHT WITH THE CURE

LIVE IN SINGAPORE

TONITE!

Yap! Akhirnya sampai juga kaki ini di Singapore Indoor Stadium. Kali ini, hanya saya dan temen saya, Teguh, yang turun dari taksi. Pasalnya, saudara saya, Aji, tidak ikut dalam rangkaian “naik haji” ini. Maka, dia memutuskan untuk menunggu kami di studio miliknya di daerah Geylang.

Deg-degan? Pasti!

Ini adalah konser yang akan jadi salah satu momen terpenting dalam hidup saya. Tanpa banyak basa basi, saya dan Teguh langsung melangkahkan kaki, menuju kerumunan orang-orang.

Ternyata, ada beberapa wajah yang akrab disana.

Ada Oom Leo-nya Goodnight Electric! Ada juga Wendi a.k.a. Wenz Rawk-nya Rolling Stone. Hebat!

“Eh, lo festival kan? Kok belum ngantri? Setahu gue antriannya udah panjang lho!” ujar Oom Leo mengingatkan saya.

Waduh! Keruan saya langsung berlari menuju pintu masuk untuk mengantri. Dan benar saja, antrian sudah terlihat lumayan panjang. wah, gawat nih. Saya bisa melihat rombongan whisperdesire ada di antrian depan. Selain itu, ada juga Marsha dari Trax FM, yang berada tidak jauh dari mereka. Maka, saya memutuskan untuk langsung masuk dalam antrian. Untung, saya berada tidak jauh dari Marsha.

Singkat cerita, antrian berlangsung lancar. Cepat, tidak bertele-tele. Saya agak tertahan saat body checking. Rupanya pemeriksaan mereka sangat ketat! Kurang lebih saya menghabiskan sekitar 2 menit disini.

Buang-buang waktu! pikir saya dalam hati.

Selesai dengan urusan body checking, saya langsung berlari kedalam Singapore Indoor Stadium. Untung saja belum begitu banyak orang di depan panggung. Inisiatif, saya langsung menuju kerumunan dimana banyak wajah yang familiar. untuk menembus kedepan, diperlukan tekad ala Indonesia rupanya. Dengan muka tebal, saya menerobos kerumunan di depan panggung, dan berhasil mendapatkan spot paling nyaman. Menurut saya.

Saya berada di sebelah anak-anak whisperdesire. maka saya langsung memulai percakapan dengan mereka. Menebak-nebak lagu yang akan dibawakan oleh The Cure malam itu. Secara tidak sengaja, ternyata di sebelah kanan saya, ada Betmen dan Nasta. Pasangan ini rupanya berhasil menerobos kedepan juga! Hehehe.

Saya berada tepat di tengah, tepat di depan stand mic yang akan digunakan oleh Robert Smith nantinya. Lovely! Tempat ini pas sekali!

Tidak berapa lama kemudian, suasana makin bikin merinding. Lampu stadion dimatikan. Gelap gulita selama beberapa detik. Teriakan-teriakan histeris penonton mulai terdengar. Saya pun langsung berteriak begitu sesaat kemudian, lampu yang berderet diatas panggung, menggantikan backdrop, dinyalakan.

Sebentar lagi mereka keluar! Mereka akan naik panggung! ujar saya dalam hati.

benar saja. beberapa saat kemudian, satu persatu personil The Cure mulai naik ke atas panggung. Dan saat Robert Smith berada tepat di depan wajah saya, histeria itu tak terelakkan lagi. Saya berteriak sekencang dan sepanjang mungkin, yang saya bisa.

Naik haji dimulai!

Tanpa banyak basa basi, mereka langsung membuka set dengan Open. Ribuan penonton yang kebanyakan warga Indonesia (tebakan saya!) langsung bergoyang mengikuti irama lagu yang mengalun. Saya mulai merasakan adrenaline rush. merinding!

Malam itu, Robert Smith masih terlihat sebagai sosok yang menginspirasi, dan penuh karisma dengan rambut acak-acakan dan setelan serba hitamnya. Tidak diragukan lagi, sosok itulah yang sukses meng-influence ribuan pecinta musik di seluruh dunia.

Memang tidak terdengar instrumen keyboard dari atas panggung malam itu. Sedikit banyak itu mengurangi nilai keutuhan dari lagu mereka. Tapi, hal itu tertutupi dengan sound maksimal, dan lighting yang fantastis. Terlebih lagi, hal itu tertutupi dengan perasaan senang luar biasa yang saya alami.

Robert Smith memang kurang komunikatif dengan penonton. Hanya sesekali dia terdengar mengucapkan thank you, di sela-sela pergantian lagu. Itu malah menambah kelengkapan sosok The Cure sebagai band gelap, muram, gloomy, yang pemalu.

Lagu kedua, Fascination Street membuat penonton makin menggila. Koor massal terdengar di seantero stadion. Tapi, penonton benar-benar terbakar di lagu ketujuh, berjudul The End of the World. Saya pun makin bersemangat, dan makin lantang mengucapkan kata demi kata yang ada di lirik-lirik lagu mereka.

Highlight paruh pertama untuk saya, adalah saat mereka menyanyikan hits, Lovesong. Saat intro lagu tersebut dimainkan, badan ini rasanya bergetar hebat! Sial! Ini Lovesong! Tentu saja saya harus bernyanyi dengan sekuat tenaga! Terlihat di kiri kanan saya, anak-anak whisperdesire dan Betmen juga bernyanyi penuh semangat. Saya pun tidak ingin melewatkan sedetik pun lagu tersebut. Tanpa disangka, di tengah lagu, saya menitikkan air mata. Terharu? Teringat kenangan lama akan lagu tersebut? Entah yang mana. Yang pasti, air mata tersebut mengalir dengan jujur, hanya untuk The Cure.

Tanpa henti, mereka menggeber lagu berikutnya, Push.

Setelahnya, kembali momen yang jadi highlight untuk saya. Mereka menyanyikan Pictures of You! Gila! Ini bisa membuat saya kolaps! Tidak, saya harus tetap sadar untuk bisa menyaksikan aksi mereka detik demi detik, sampai akhir konser!

there is nothing in the world, that i ever wanted more...

than to feel you deep in my heart...

there is nothing in the world, that i ever wanted more...

than to never feel the breaking apart...

all my pictures of you...

Sial! bait demi bait lagu tersebut sukses membuat saya kembali menitikkan air mata untuk kedua kalinya! Shite! Saya tetap meloncat-loncat sambil berteriak menyanyikan lagu tersebut dengan syahdu. Namanya juga naik haji, harus sepenuh hati bukan?

Lagu ketujuh belas, menjadi sajian tersendiri. Terdengar intro lagu In Between Days dari atas panggung. Saya langsung berteriak, meloncat, dan menari mengikuti irama lagu yang ceria. Ekspresi kegembiraan ini masih berlanjut kala mereka menyambung lagu tersebut, dengan lagu selanjutnya yang melegenda. Friday I’m In Love!

Hwa! Sial! Saya jadi teringat masa lalu! tidak bisa dipungkiri bahwa lagu ini berperan juga dalam kehidupan saya. dan turut mendukung saya untuk mencintai The Cure.

Koor massal penonton kembali terjadi. Sedangkan Robert Smith tetap terlihat bernyanyi dengan penuh penjiwaan di atas panggung. Momen yang menakjubkan. Tentunya saya tidak melewatkan momen ini untuk bernyanyi sepenuh hati.

The Cure memang gila. Tanpa jeda, mereka kembali menggenjot penonton yang sudah panas, dengan melantunkan hits legendaris mereka lainnya, Just Like Heaven. Shite! This is my favourite song of all! Langsung saya menari dan bernyanyi sepenuh hati. Terlintas kenangan akan lagu ini di benak saya. Dan kembali, air mata menetes dari pelupuk mata ini.

you...soft and only...

you...lost and lonely...

you...strange as angel...dancing in the deepest ocean...

twisting in the water...

you’re just like a dream...

Para personil The Cure sempat berjalan ke belakang panggung, seakan bakal mengakhiri konser, setelah menyanyikan End. Tentu saya tidak terima! Saya langsung berteriak kalimat wajib di setiap konser, we want more. Tentunya ini saya teriakkan bersama ribuan penonton lainnya.

Tanpa basa basi, Robert Smith dan teman-teman kembali naik panggung untuk memberi encore. Tanpa disangka, mereka langsung melantunkan Let’s Go To Bed, Close To Me, dan Why Can’t I Be You. Encore yang sangat berkualitas dan memuaskan!

Selepas Why Can’t I Be You, mereka kembali menghilang dari atas panggung. Selesai? Sial! Saya kurang puas! mereka belum menyanyikan Boy’s Don’t Cry! Ternyata, mereka memberi encore tambahan. Berupa Three Imaginary Boys, Fire In Cairo, Boy’s Don’t Cry, Jumping Someone Else’s Train, Grinding Halt, 10.15 Saturday Night, dan penutup yang sempurna, Killing An Arab. Yes! Saya bisa mendengar mereka menyanyikan hits-hits lawas mereka. Saat mereka menyanyikan Boy’s don’t Cry, saya hampir menitikkan air mata untuk kesekian kalinya. Tapi saya tahan sebisa mungkin. Karena akan bertolak belakang dengan judul lagu tersebut. Total konser selama 3 setengah jam, membuat kaki saya lemas. Saat lampu stadion menyala tanda konser selesai, saya langsung terjatuh. Hampir tidak bisa berdiri. Saya ditolong oleh anak-anak whisperdesire, Marsha Trax FM, dan Betmen. Terima kasih teman! Total puluhan lagu sukses dibawakan dengan sempurna. Sayang, mereka tidak membawakan Trust, dan Doing The Unstuck.

Konser yang hebat! Dan tidak salah lagi, ini adalah salah satu momen terpenting, dan terindah dalam hidup saya.

Set List:

Set utama:

(Intro)

Open

Fascination Street

Strange Day

The Blood

A night like this

The Walk

The End of the World

Lovesong

Push

Pictures of You

Lullaby

Kyoto Song

Hot Hot Hot!

Alt.End

The Drowning Man

From the edge of the deep green sea

In Between Days

Friday I'm in Love

Just like heaven

Primary

If only tonight we could sleep

The Kiss

Shake dog Shake

Never enough

Wrong number

100 years

Shiver and shake

End

Encore pertama:

Let's go to bed

Close to me

Why Can't I be you

Encore kedua:

Three imaginary boys

Fire in Cairo

Boys don't cry

Jumping someone else's train

Grinding Halt

10.15 Saturday night

Killing an arab

Mr. Robert Smith...

I am a boy...and I was crying in front of you...

I am sorry...

thanks for all your words...your music...

thank you The Cure...

lovely...

D-Day part 1

Day 2. It’s the D-Day. This is it. This is the time. This is the moment I’ve been waiting for. Robert Smith and friends are gonna rocking my night, my mind, my heart, my brain, my feeling, all I have in me.

A NIGHT WITH THE CURE

LIVE IN SINGAPORE

TONITE!

Shit! Tiba-tiba jadi bisa bangun pagi gini. Padahal biasanya saya baru beranjak membuka mata paling cepat sekitar pukul 11 siang. Tapi khusus hari ini, rasanya hati kecil saya yang tiba-tiba membuat mata ini terbelalak di pukul 8 pagi. Hebat! Segera saya membangunkan teman saya yang tidur tepat di sebelah. Malahan, kakinya nangkring di sekitar muka saya. Biasa lah, perihal ruangan sempit, ditambah badan besar gejala obesitas.

Saya, saudara saya, dan teman saya segera bergiliran mandi. Seperti biasa. Ritual mandi ini dilakukan cukup sekenanya saja. Asal badan ini sudah terguyur, terusap sedikit sabun, maka tuntas sudah segmen yang diberi titel mandi.

Sekitar pukul 10 pagi, kami sudah melangkahkan kaki keluar dari apartemen. Soalnya, kami berniat untuk sedikit memutari pusat perbelanjaan yang ada di Singapore. Sedikit berbelanja, rasanya cukup melengkapi syarat pergi ke Singapore. Yang menurut kebanyakan orang adalah surganya belanja di Asia Tenggara.

First destination, Far East! Disitu saya ingin kembali melihat beberapa toko sneakers yang kebetulan lagi banyak stock sneakers bagus. paling nggak, itu menurut teman-teman Footurama.

“Mau ngapain dulu nih? Makan dulu? Liat sneakers? Atau mau liat kaos band dulu?”

Saudara saya membuka percakapan. Dengan pertanyaan yang agak sulit.

Hmmm, sedikit bingung sebenarnya. Saya tidak dapat menjawab secepat itu. Untung teman saya sigap dalam menjawab. Dia memutuskan untuk melihat toko sneakers terlebih dahulu. Memang dari masih di Jakarta, dia berniat untuk membeli sepasang sneakers di sini. Maka kami segera melangkahkan kaki ke Leftfoot. Salah satu toko yang cukup punya nama disini.

Oh iya. Cewek yang kemarin menikmati malam Singapore sambil ditemani bir bersama kami juga turut serta dalam perjalanan kali ini. Dia bermaksud membeli vinyl nanti di Queensway.

Great! Itu yang pertama kali muncul di benak saya ketika melihat isi toko Leftfoot dari luar. Betapa gawatnya koleksi yang mereka tawarkan. Baris pertama yang dapat saya lihat dari luar adalah berbagai pilihan untuk merek Nike. Mulai dari dunk, airmax 1, airmax 90, court force, semua mereka punya! Walah! Ini sih bisa bikin bangkrut, pikir saya. Segera saya melangkahkan kaki lebih dalam. Ternyata, di dalamnya lebih gila lagi. They have a large selection of Vans! Half cab, skate hi, old skool, even Vans x Marc Jacobs! Selain itu, mereka juga memajang merek lain seperti Adidas, tapi saya kurang tertarik dengan koleksi Adidas mereka. Semakin saya melangkahkan kaki ke dalam, semakin saya dibuat tertegun. Kali ini mereka mempertontonkan pilihan untuk merek New Balance. Hebat! Ada berbagai macam 576, dan 574. Tentunya pandangan saya juga tidak luput dari seri ST yang katanya baru saja mereka luncurkan. Teman saya bingung dalam memilih ternyata. Maka kami memutuskan untuk berputar-putar dulu, melihat pilihan yang ada di toko lain, baru diputuskan apa yang akan dibeli.

Kami naik satu lantai, tiba-tiba ada satu counter terbuka yang memajang sneakers, dengan tulisan SALE! disampingnya. Wah! Ini diskon besar tampaknya! Segera kami masuk ke dalamnya.

Ternyata memang benar. Ini adalah section diskon dari toko Leftfoot di bawah tadi. Disini, walaupun harganya lebih murah, tapi pilihan sepatunya lebih sedikit. Dan sedikit sekali yang bisa membuat mata ini terbelalak. Eh, tapi kok ada sepatu yang tampaknya akrab bagi saya. Walah! Ini adalah Adidas Adicolor W2 yang saya punya di rumah! Ujar saya dalam hati. Saya pun penasaran dengan harga yang akan mereka pasang untuk sepatu saya itu. Ternyata, harganya memang murah sekali! Sial!

Di tempat itu teman saya tidak dapat menemukan pilihan yang sreg. Kami pun melanjutkan journey hari itu. Eits! Saya baru ingat. Kenapa tidak menuju Warped? Consignment store yang juga terletak di Far East.

Pertama kali masuk, saya tidak begitu tertarik dengan lay out dari toko ini. Terlalu sederhana kayaknya. Tapi, ada pepatah don’t judge the book by It’s cover, right? Maka saya ingin melihat-lihat dulu koleksi mereka. Ternyata, kekecewaan saya berubah menjadi kekaguman tiada tara. Di bagian tengahnya, mereka menyimpan koleksi maut mereka di dalam kotak kaca. Saya menemukan Nike SB Dunk Low Futura, SB Dunk Low Heineken, SB Dunk Low Medicom, SB Dunk High Unkle, SB Dunk Low Tiffany, dan holy grail lainnya. Sial! Ini pasti mahal sekali harganya! Pikir saya dalam hati. Maka saya memutuskan untuk tidak melihat harganya. Lebih baik saya melihat-lihat koleksi mereka yang dipajang di dinding saja.

Ternyata, barang-barang yang mereka pajang di dinding juga tidak kalah hebat. Mata saya langsung tertuju pada Nike Dunk Low Jordan I Inspired. Tentunya dengan warna kebesaran merah dan hitam. Ah, tapi teman saya, Molen, salah seorang penyiar radio kenamaan ibukota, pernah memakainya saat menghadiri konser Tahiti 80 di Jakarta kemarin. Masa nanti samaan sama dia? Saya mulai melangkahkan kaki mengitari toko, melihat-lihat mulai dari Nike, Adidas, New Balance, Vans, Puma, dan lainnya. Semua barang mereka hebat! Tapi, kata teman saya yang kebetulan melihat harganya, ternyata mereka memasang harga yang lumayan tinggi. Maka kami memutuskan untuk segera melangkahkan kaki keluar. Tapi saya berniat, suatu saat saya akan membeli salah satu sneakers yang ada di toko tersebut. Karena, biar bagaimanapun di Jakarta masih sangat susah mencarinya. Paling hanya dari anak-anak Footurama.

Teman saya pun memutuskan untuk membeli Nike Dunk High Glow In The Dark, yang tadi dia lihat di Leftfoot. Maka kami segera menuju Leftfoot, dan dia segera melakukan pembayaran. Sial! Wajahnya tersenyum puas! Sementara saya, hanya bisa melihat isi dompet, dan berpikir,

“Ah! Nggak ada duit lagi! Kalo beli sekarang, nanti nggak bisa pulang ke Jakarta kan gawat!”

Ah sudahlah! Masih ada lain kali. Maka kami segera bergerak menuju toko yang menjual kaos-kaos dan merchandise band. Baru saja kami berjalan keluar dari Leftfoot, tiba-tiba dari bawah ada yang memanggil-manggil nama saya,

“Ting!”

Suara siapa ya? Rasa penasaran menuntun saya untuk melihat ke bawah. Ternyata itu adalah suara Bindra, yang diikuti oleh suara Freddy yang memanggil saya. Mereka ada disini juga ternyata! Selain mereka berdua, ada juga Michael yang punya nama panggilan Ncek. Saya pun sedikit berbasa basi saat mereka berhasil naik keatas.

“Lo pada nonton The Cure juga kan?”

Ya pastilah! Masa mereka udah sampai di sini nggak nonton The Cure? Apalagi mereka adalah beberapa personil dari band Whisper Desire yang mengaku terinspirasi oleh The Cure. Pertanyaan yang sangat bodoh bukan? Bindra pun segera menjawab,

“Iyalah. Kita nonton semua. Lo festival atau tribun?

“Gue festival Bin. Yang tribun si Teguh sama Age. Lo festival juga kan Fred? Ncek?” tanya saya.

“Iyalah!” jawab Freddy dan Ncek, kompak.

“Yuhuu! Ada temen lagi gue akhirnya! Kita ketemu di antrian nanti ya! Hahaha!”

“Pasti!”

Kami berpisah. Dengan senyum mengembang. Membayangkan kloter “naik haji” ini bakalan berkumpul di Singapore Indoor Stadium, sore nanti.

Maret 10, 2008

capek! tapi seneng...

Saat ini sebenarnya saya merasa bersyukur. Tanggal 5 Kemarin saya baru saja bertatap muka dengan para personil incubus. Ngobrol bareng, foto-foto, dan memberikan sedikit hadiah dadakan pada teman saya. Kebetulan teman saya ikut bersama saya mewawancarai incubus saat itu.

Diakuinya saat itu dia merasa senang. Ya. Saya senang bila saya bisa melakukan sesuatu yang membuat orang lain senang. Terlebih lagi bila itu di dunia yang saya sukai. Makanya, saya tidak menyesal dengan kenyataan, bahwa untuk mewawancarai incubus kemarin, saya harus memotong jam tidur saya lumayan banyak.

Bayangkan. Saya baru pulang dari kantor sekitar jam setengah 2. Itu juga dengan keadaan di bawah pengaruh alkohol. Walaupun tidak terlalu signifikan, tapi perubahan perilaku cukup terlihat kala itu.

Saya tidur tepat jam setengah 3 pagi. Dan saya harus terbangun di jam setengah 6 pagi. Dimana artinya saya cuma bisa tidur sebanyak 3 jam!

Huff.

Nggak apa apa lah. Hitung-hitung demi mendapat pengalaman baru, yang mungkin cuma jadi pengalaman sekali seumur hidup. Bertemu para personil incubus.

Sekitar jam 8, saya sampai di rumah teman saya, yang bersama saya akan mewawancarai incubus. Tanpa disangka, di waktu sepagi itu, dia udah bisa tampil ceria. Sedangkan saya, tampil “dong!” banget. Kekurangan kafein lah yang saya jadikan kambing hitam pagi itu.

Sialnya tinggal di jakarta ini. Di jam-jam seperti itu, yang menanti kita di jalanan hanyalah satu kata, macet. Seperti bisa ditebak, saya terjebak macet di sepanjang jalan menuju kantor. Deg-degan? Pasti! Soalnya saya harus berada di kantor jam 10.

Singkat cerita, saya berhasil sampai di kantor jam 10 kurang. Setelahnya, saya harus menunggu sang fotografer, baru berangkat ke hotel mulia. Tempat dimana saya sudah membuat janji dengan panitia, untuk mewawancarai incubus.

Sampai di hotel mulia, ternyata saya masih harus menunggu. Karena menurut itinerary yang dikeluarkan oleh manager incubus, saya akan bertemu mereka di jam 12.50. maka, saya dan teman saya akhirnya meluangkan waktu di lobby hotel mulia, bersama teman-teman lainnya.

Tepat jam 12.50, kami dituntun kesuatu ruangan, yang diketahui belakangan bahwa itu adalah ruang tunggu. Selesai mengisi absen dan perjanjian liputan, saya dan teman saya dipanggil untuk melakukan wawancara.

“giliran selanjutnya, majalah hai, majalah rolling stone, dan jakarta post.”

Kalimat yang keluar dari panitia tersebut, langsung menyebabkan adrenaline rush di sekujur tubuh saya. Begitu saya berdiri untuk menuju tempat dimana incubus berada, teman saya yang berada disamping saya langsung menggapit lengan saya. Nervous, katanya. Saya mencoba untuk menenangkannya. Karena rencana saya adalah memberi teman saya tersebut kesempatan untuk bertanya pada para personil incubus. Bukan saya yang akan menanyakan deretan pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya.

Akhirnya, pintu itu terbuka juga.

Siapa sangka kalau DJ Kilmore langsung menyambut kami dengan ramah. Dia yang kebetulan berada di dekat pintu langsung beramah tamah dengan kami. Padahal, ekspektasi saya terhadap mereka adalah, tipikal rockstar yang tengil.

Dugaan tersebut langsung mentah saat brandon boyd, mike einziger, dan ben kinney sampai berdiri dari tempat duduknya hanya untuk menyambut kami. Malahan mereka langsung merangkul kami sambil bersalaman. Rockstar yang baik, pikir saya dalam hati.

Kami pun langsung mengatur posisi duduk. Dimana teman saya yang akan ngobrol dengan personil incubus, saya anjurkan untuk duduk di tengah-tengah.

Selanjutnya, sesi wawancara mengalir dengan asik. Teman saya dan seorang teman lain dari rolling stone secara bergantian menanyakan pertanyaan. Sesekali mereka memberi kesempatan pada teman dari jakarta post yang tampak pasif.

Respon dari para personil incubus pun seru. Meskipun saya yakin, dari deretan pertanyaan yang dilontarkan, pasti ada yang sudah pernah ditanyakan oleh orang lain sebelumnya. Tapi mereka selalu menjawab dengan antusiasme tinggi.

15 menit lebih sukses dilewati dengan penuh suka. Selanjutnya, saatnya foto bareng!

Tanpa disangka, perjuangan di sesi ini nggak seberat yang saya kira sebelumnya.

Semua berlangsung dengan mulus. Mulai dari saya yang minta foto bareng, teman saya yang meminta tanda tangan, sampai permintaan khusus saya kepada Brandon boyd. Semua berkat kebaikan para personil incubus. Rockstar paling humble yang pernah saya temui sampai saat ini.


Kami sempat mengalami sedikit kejadian tidak enak saat akan berfoto bersama. Awalnya, teman saya sudah bersiap untuk difoto bareng, tapi fotografer Jakarta post mengusir teman saya secara kasar. Keruan aja, teman saya langsung ngedumel. Untungnya dia ngedumel dalam bahasa inggris. Jadi mungkin terdengar dan berhasil dimengerti oleh mike einziger. Kelar 2 kali jepretan sang fotografer arogan tadi, mike langsung menarik teman saya untuk kembali masuk ke dalam deretan, untuk berfoto bersama. How cool is that?


Nggak Cuma sampai disitu. Teman saya kembali mengalami kejadian saat akan meminta para personil incubus untuk menandatangani kartu ucapan yang sudah dipersiapkan. Security dari java musikindo secara dadakan mengusir teman saya, dan menyuruhnya agar segera keluar dari ruangan. Waktunya sudah habis, alasannya kala itu. Tanpa disangka, jose pasillas, sang drummer, langsung mengambil kartu ucapan yang masih dipegang teman saya, dan berkata,

“it’s okay. I’ll do it quick for you.”

Dan selanjutnya, kartu ucapan tersebut terus berpindah tangan ke personil lainnya.

Terakhir, saya memberanikan diri untuk memberi sedikit hadiah tambahan pada teman saya. Saya berjalan mendekati Brandon, dan langsung merangkulnya. Saya bisikkan sebuah kalimat padanya. Saya memintanya untuk memberi teman saya sebuah pelukan. Karena teman saya adalah fans Brandon boyd.

Tanpa disangka, Brandon dengan entengnya menyetujui permintaan saya. Ditambah lagi, alih alih saya memanggil teman saya, malahan Brandon yang memanggil teman saya, dan bergerak menuju teman saya.

hey, come here. Your friend told me to give you a big hug.” Ujar Brandon pada teman saya.

Selanjutnya, Brandon memberi pelukan hangat pada teman saya. Dan bisa saya bayangkan betapa senangnya perasaan teman saya kala itu.

Ya ya ya.

It feels so good when you can do something to make other people happy.

Thanks a lot Brandon boyd. Thanks a lot incubus.

Huff. what a day!

Maret 09, 2008

on duty

Sial! Kenapa malam-malam gini gusar ya.

Oh ya, sebelumnya, blog ini saya tulis saat saya berada di hotel sheraton, di daerah gunung sahari.

Kenapa saya bisa ada disini?

Karena saya menemani band metal bernama bleeding through, yang dijadwalkan main di pantai karnaval ancol. Tepatnya pada tanggal 8 maret 2008.

Sekarang, jam di laptop menunjukkan pukul 4 pagi! Dan mata ini sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda akan menutup.

Padahal, hari ini kegiatan saya sudah cukup padat.

Membelikan adik saya sepatu di daerah radio dalam, mengantarkannya kembali kerumah, meluncur ke hotel ini, lalu liputan skid row di bekas lokasi drive in theatre ancol.

Capek, sebenarnya. Tapi entah kenapa, masih belum bisa tidur.

Bingung! Ditambah lagi, besok sederet kegiatan sudah menanti.

Mulai dari menjemput adik dirumah, dan berangkat ke ancol bersama-sama. Sampai liputan konser bleeding through, semua menanti.

Belum lagi beberapa artikel yang harus diselesaikan, dengan tenggat waktu senin pagi.

Fyuh!

Disaat ketiga teman saya sudah tertidur pulas, saya masih asik menulis. Sambil mendengarkan deretan lagu yang ada di itunes.

Lagu milik blueboy, nick drake, acid house kings, membantu menemani saya menulis asal malam ini.

Alih alih secangkir kopi yang ada di samping saya, malahan sebungkus rokok dan sebotol tequila yang terlihat.

Mabuk? Nggak! Saya baru meneguknya sekitar 2 kali.

Saya jadi berpikir. Kenapa saya lebih menikmati malam hari, yang sunyi, sepi, seperti ini.

Disaat seperti inilah saya jadi merasa nyaman dengan lebih menguasai diri saya. Lagu lagu diatas jadi lebih terasa. Padahal, bisa dibilang saya sedang merasa senang.

Bukankah seharusnya lagu-lagu yang lebih ceria yang lebih bisa mewakilkan perasaan saya? Itulah yang sempat membuat bingung beberapa teman. Menurut mereka, seharusnya saya lebih bisa menikmati musik ceria seperti milik I’m from barcelona. Tapi, kenyataannya. Saat ini saya lebih menikmati musik yang bisa dibilang berbanding terbalik.

Huff.

Ups! Battere laptop udah mau habis nih! Mau ambil charger, malas ah! Kembali berbengong ria deh. Sambil melantunkan beberapa lirik yang terlintas di kepala.

You, soft and lonely.

You, lost and lonely.

You, strange as angel, dancing in the deepest ocean.

Twisting in the water

You’re just like a dream.

(the cure – just like heaven)

Maret 06, 2008

top 5 list

top 5 list.
penting? mungkin!
beberapa orang suka membuat top 5 list dalam kehidupan mereka.

remember high fidelity?
no! not the audio thingy!
it's a movie! john cusack. remember?

di film itu, john cusack berperan sebagai rob gordon.
dia selalu membuat top 5 list, tentang apa saja dalam hidupnya.
of course, the lists keep changing. as well as his life.

anyway, dia punya pekerjaan yang menyenangkan.
record store owner! how cool is that?!
sosoknya juga idealis. dia tidak akan menjual cd atau vinyl yang rare, pada orang yang bukan penggemar.
get it? yap! dia selalu menanyakan beberapa pertanyaan tentang band, atau penyanyi, yang albumnya bakal dibeli oleh pelanggannya.

enough with rob gordon.
back to the list.

gimana caranya kita menentukan list-nya?
gimana juga cara menentukan isi list tersebut?

terserah kita, tentunya!

kita bisa membuat top 5 list tentang apa saja. dan tentu aja kita bisa mengisinya sesuka hati.
apa yang ada di pikiran kita, apa yang kita rasakan, itulah yang kita tulis.

gimana kalo kita lupa tentang sesuatu yang harusnya masuk, tapi saat kita mengisi tersebut, kita benar-benar lupa akan hal itu?
tenang aja. berhubung ini adalah list bikinan kita sendiri, tentu aja list itu bisa kita rubah-rubah seenaknya.
konsekuensinya, kalo list tersebut udah penuh duluan, dan ada sesuatu yang ingin kita masukkan, kita tentu harus mengosongkan satu posisi di dalam top 5 list yang udah terisi penuh.

disinilah yang perlu diperhatikan (sedikit). kita harus fokus. benar-benar dipikirin.
apakah hal ini pantas menggantikan hal itu?
benarkan hal ini adalah yang selalu kita pikirin?
mungkinkah hal ini yang benar-benar kita inginkan?

ok. that's enough.
here's a few of my top 5 list.
lovely.

top 5 bands:
-the cure
-blur
-radiohead
-oasis
-the beatles

top 5 movies:
-love me if you dare
-lost in translation
-velvet goldmine
-amores perros
-a clockwork orange

top 5 jobs:
-music journalist
-rockstar
-record label owner
-record store owner
-clothing company owner

top 5 sneakers brand:
-nike
-puma
-new balance
-vans
-ubiq

Maret 03, 2008

macet

mungkin, pertama kali melihat judul postingan ini, keliatan wajar banget.
apalagi buat para penduduk jakarta.
tapi sebenernya, cerita yang saya alami, emang wajar juga, hehehe.
tetep aja sih bikin kesel! banget malah!

hari sabtu (1/3) kemarin, begitu banyak rencana yang udah saya atur.
mulai dari mau nganterin kesini lah, kesitu lah, mau gini lah.
apakah semuanya lancar?
beberapa iya, sisanya, berantakan!

awalnya, saya berencana ingin mengantar mama ke suatu tempat.
di tengah perjalanan, tiba-tiba teman saya minta ditemenin, karena dia merasa bakalan mati gaya.
segera saya melihat jam,
"ah, cukup lah kayaknya. bisa lah gw sampe disana jam 5an kurang." ujar saya dalam hati.
maka saya segera membalas sms temen saya tadi,
"ok. insyaallah gw sampe sana jam 5an yah."

beberapa jam kemudian, saya selesai mengantar mama ke tempat tujuan.

nganterin mama, check!
next, nyamperin temen gw yang lagi mati gaya. yes.

langsung saya menjalankan mobil ke tempat dimana teman saya menunggu.
sial!
saya lupa kalo ini adalah hari sabtu!
bisa ditebak kemudian. deretan mobil, motor, dan bis menunggu di depan saya.

"walah. macet banget sih!"
"nggak apa apa lah. paling bentar lagi jalan lagi."
ujar saya dalam hati. menenangkan diri sendiri.

"gw telpon dia aja dulu deh."

saya langsung menggapai telepon genggam murah meriah yang ada disamping saya.
saya tekan nomor telepon teman saya.

"tut..tut..tut...tut.."
nada sibuk yang menjawab.

"walah, kenapa sih nih?"

singkat cerita, saya menerima sms dari temen saya. dia menanyakan keberadaan saya.
sialnya, begitu saya mau membalas sms tersebut,
"message sending failed"
selalu pesan itu yang saya dapat!

d*mn! kenapa sih nih handphone!
puluhan kali saya mencoba, selalu gagal.
puluhan kali saya melihat jalanan di depan saya, belum bergerak juga.
sial dua kali!

sejam kemudian, baru lah sampai di tempat dimana temen saya menunggu.
daritadi, saya mencoba menghubungi dia, sayangnya handphone saya masih tidak bisa melakukan aksi apa-apa.
sial, sial, sial!
mencoba berkeliling mencari parkir, tiba-tiba ada sms masuk.

"pin, gw udah balik yah."

sial lagi! itu sms dari temen saya yang daritadi menunggu!