A man is a success,
if he gets up in the morning,
and gets to bed at night,
and in between...
he does what he wants to do.
Bob Dylan.

a bunch of this and that

Maret 12, 2008

D-Day part 1

Day 2. It’s the D-Day. This is it. This is the time. This is the moment I’ve been waiting for. Robert Smith and friends are gonna rocking my night, my mind, my heart, my brain, my feeling, all I have in me.

A NIGHT WITH THE CURE

LIVE IN SINGAPORE

TONITE!

Shit! Tiba-tiba jadi bisa bangun pagi gini. Padahal biasanya saya baru beranjak membuka mata paling cepat sekitar pukul 11 siang. Tapi khusus hari ini, rasanya hati kecil saya yang tiba-tiba membuat mata ini terbelalak di pukul 8 pagi. Hebat! Segera saya membangunkan teman saya yang tidur tepat di sebelah. Malahan, kakinya nangkring di sekitar muka saya. Biasa lah, perihal ruangan sempit, ditambah badan besar gejala obesitas.

Saya, saudara saya, dan teman saya segera bergiliran mandi. Seperti biasa. Ritual mandi ini dilakukan cukup sekenanya saja. Asal badan ini sudah terguyur, terusap sedikit sabun, maka tuntas sudah segmen yang diberi titel mandi.

Sekitar pukul 10 pagi, kami sudah melangkahkan kaki keluar dari apartemen. Soalnya, kami berniat untuk sedikit memutari pusat perbelanjaan yang ada di Singapore. Sedikit berbelanja, rasanya cukup melengkapi syarat pergi ke Singapore. Yang menurut kebanyakan orang adalah surganya belanja di Asia Tenggara.

First destination, Far East! Disitu saya ingin kembali melihat beberapa toko sneakers yang kebetulan lagi banyak stock sneakers bagus. paling nggak, itu menurut teman-teman Footurama.

“Mau ngapain dulu nih? Makan dulu? Liat sneakers? Atau mau liat kaos band dulu?”

Saudara saya membuka percakapan. Dengan pertanyaan yang agak sulit.

Hmmm, sedikit bingung sebenarnya. Saya tidak dapat menjawab secepat itu. Untung teman saya sigap dalam menjawab. Dia memutuskan untuk melihat toko sneakers terlebih dahulu. Memang dari masih di Jakarta, dia berniat untuk membeli sepasang sneakers di sini. Maka kami segera melangkahkan kaki ke Leftfoot. Salah satu toko yang cukup punya nama disini.

Oh iya. Cewek yang kemarin menikmati malam Singapore sambil ditemani bir bersama kami juga turut serta dalam perjalanan kali ini. Dia bermaksud membeli vinyl nanti di Queensway.

Great! Itu yang pertama kali muncul di benak saya ketika melihat isi toko Leftfoot dari luar. Betapa gawatnya koleksi yang mereka tawarkan. Baris pertama yang dapat saya lihat dari luar adalah berbagai pilihan untuk merek Nike. Mulai dari dunk, airmax 1, airmax 90, court force, semua mereka punya! Walah! Ini sih bisa bikin bangkrut, pikir saya. Segera saya melangkahkan kaki lebih dalam. Ternyata, di dalamnya lebih gila lagi. They have a large selection of Vans! Half cab, skate hi, old skool, even Vans x Marc Jacobs! Selain itu, mereka juga memajang merek lain seperti Adidas, tapi saya kurang tertarik dengan koleksi Adidas mereka. Semakin saya melangkahkan kaki ke dalam, semakin saya dibuat tertegun. Kali ini mereka mempertontonkan pilihan untuk merek New Balance. Hebat! Ada berbagai macam 576, dan 574. Tentunya pandangan saya juga tidak luput dari seri ST yang katanya baru saja mereka luncurkan. Teman saya bingung dalam memilih ternyata. Maka kami memutuskan untuk berputar-putar dulu, melihat pilihan yang ada di toko lain, baru diputuskan apa yang akan dibeli.

Kami naik satu lantai, tiba-tiba ada satu counter terbuka yang memajang sneakers, dengan tulisan SALE! disampingnya. Wah! Ini diskon besar tampaknya! Segera kami masuk ke dalamnya.

Ternyata memang benar. Ini adalah section diskon dari toko Leftfoot di bawah tadi. Disini, walaupun harganya lebih murah, tapi pilihan sepatunya lebih sedikit. Dan sedikit sekali yang bisa membuat mata ini terbelalak. Eh, tapi kok ada sepatu yang tampaknya akrab bagi saya. Walah! Ini adalah Adidas Adicolor W2 yang saya punya di rumah! Ujar saya dalam hati. Saya pun penasaran dengan harga yang akan mereka pasang untuk sepatu saya itu. Ternyata, harganya memang murah sekali! Sial!

Di tempat itu teman saya tidak dapat menemukan pilihan yang sreg. Kami pun melanjutkan journey hari itu. Eits! Saya baru ingat. Kenapa tidak menuju Warped? Consignment store yang juga terletak di Far East.

Pertama kali masuk, saya tidak begitu tertarik dengan lay out dari toko ini. Terlalu sederhana kayaknya. Tapi, ada pepatah don’t judge the book by It’s cover, right? Maka saya ingin melihat-lihat dulu koleksi mereka. Ternyata, kekecewaan saya berubah menjadi kekaguman tiada tara. Di bagian tengahnya, mereka menyimpan koleksi maut mereka di dalam kotak kaca. Saya menemukan Nike SB Dunk Low Futura, SB Dunk Low Heineken, SB Dunk Low Medicom, SB Dunk High Unkle, SB Dunk Low Tiffany, dan holy grail lainnya. Sial! Ini pasti mahal sekali harganya! Pikir saya dalam hati. Maka saya memutuskan untuk tidak melihat harganya. Lebih baik saya melihat-lihat koleksi mereka yang dipajang di dinding saja.

Ternyata, barang-barang yang mereka pajang di dinding juga tidak kalah hebat. Mata saya langsung tertuju pada Nike Dunk Low Jordan I Inspired. Tentunya dengan warna kebesaran merah dan hitam. Ah, tapi teman saya, Molen, salah seorang penyiar radio kenamaan ibukota, pernah memakainya saat menghadiri konser Tahiti 80 di Jakarta kemarin. Masa nanti samaan sama dia? Saya mulai melangkahkan kaki mengitari toko, melihat-lihat mulai dari Nike, Adidas, New Balance, Vans, Puma, dan lainnya. Semua barang mereka hebat! Tapi, kata teman saya yang kebetulan melihat harganya, ternyata mereka memasang harga yang lumayan tinggi. Maka kami memutuskan untuk segera melangkahkan kaki keluar. Tapi saya berniat, suatu saat saya akan membeli salah satu sneakers yang ada di toko tersebut. Karena, biar bagaimanapun di Jakarta masih sangat susah mencarinya. Paling hanya dari anak-anak Footurama.

Teman saya pun memutuskan untuk membeli Nike Dunk High Glow In The Dark, yang tadi dia lihat di Leftfoot. Maka kami segera menuju Leftfoot, dan dia segera melakukan pembayaran. Sial! Wajahnya tersenyum puas! Sementara saya, hanya bisa melihat isi dompet, dan berpikir,

“Ah! Nggak ada duit lagi! Kalo beli sekarang, nanti nggak bisa pulang ke Jakarta kan gawat!”

Ah sudahlah! Masih ada lain kali. Maka kami segera bergerak menuju toko yang menjual kaos-kaos dan merchandise band. Baru saja kami berjalan keluar dari Leftfoot, tiba-tiba dari bawah ada yang memanggil-manggil nama saya,

“Ting!”

Suara siapa ya? Rasa penasaran menuntun saya untuk melihat ke bawah. Ternyata itu adalah suara Bindra, yang diikuti oleh suara Freddy yang memanggil saya. Mereka ada disini juga ternyata! Selain mereka berdua, ada juga Michael yang punya nama panggilan Ncek. Saya pun sedikit berbasa basi saat mereka berhasil naik keatas.

“Lo pada nonton The Cure juga kan?”

Ya pastilah! Masa mereka udah sampai di sini nggak nonton The Cure? Apalagi mereka adalah beberapa personil dari band Whisper Desire yang mengaku terinspirasi oleh The Cure. Pertanyaan yang sangat bodoh bukan? Bindra pun segera menjawab,

“Iyalah. Kita nonton semua. Lo festival atau tribun?

“Gue festival Bin. Yang tribun si Teguh sama Age. Lo festival juga kan Fred? Ncek?” tanya saya.

“Iyalah!” jawab Freddy dan Ncek, kompak.

“Yuhuu! Ada temen lagi gue akhirnya! Kita ketemu di antrian nanti ya! Hahaha!”

“Pasti!”

Kami berpisah. Dengan senyum mengembang. Membayangkan kloter “naik haji” ini bakalan berkumpul di Singapore Indoor Stadium, sore nanti.

Tidak ada komentar: